Setelah mengalami hari-hari yang sibuk di Desember ini, akhirnya dapat juga waktu kosong untuk mulai menulis kembali. Sebenarnya begitu banyak tulisan yang mau dituangkan, tapi terkadang untuk menulis itu membutuhkan inspirasi yang justru hal itu yang menghilang ketika sudah di depan komputer.
Oke, cukup sudah basa-basinya, untuk tulisan pertama ini saya mau menyimpan dan berbagi kenangan tentang bagaimana perjuangan yang saya lakukan untuk menyelesaikan tesis. Yang mana tulisan ini menjadi seri pertama dari tiga seri tulisan yang akan saya buat (emang film pake series). Ya tujuannya mau berbagi saja dan menjadi arsip bagi diri saya sendiri untuk dimasa depan agar saya bisa selalu ingat bagaimana perjuangan yang saya lakukan ini.
Sebenarnya perjuangan untuk memulai tesis telah dimulai dari bulan Oktober tahun 2015 yang lalu. Adapun waktu itu judul pertama yang saya angkat yaitu tentang Analisis Cloud Storage Forensik pada Smartphone Blackberry dan Windows Phone. Setelah berusaha sekeras mungkin, membaca paper sebanyak-banyaknya, akhirnya ide tersebut keluar. Diawal menulis tersebut, saya mencoba melakukan bimbingan dengan bapak Dr. Imam Riadi. Beliau menyetujui ide tersebut dan akhirnya saya mulai menuliskan ide saya ke dalam bab 1. Setelah akhirnya bisa selesai, saya mulai resmi mengirimkannya kepada beliau pada tanggal 28 Oktober 2015 dan secara resmi memulai perjuangan tesis saya. Revisi pertamapun dikirimkan oleh beliau dan saya melakukan revisi. Disamping bimbingan dengan pak Imam, saya juga mencoba melakukan bimbingan dengan pak Yudi Prayudi, M.Kom. Setelah revisi kedua, saya tidak kunjung mendapat kabar kelanjutan revisi tersebut. Saya berpikir mungkin beliau sibuk, berbekal informasi dari senior dan cerita pengalaman mereka, akhirnya saya fokuskan saja untuk bimbingan dengan pak Yudi.
Pada tanggal 1 November 2015 saya memulai bimbingan pertama dengan beliau. Tanggapan pertama ini cukup baik, beliau setuju dan memberikan sedikit revisi dengan tesis saya tersebut. Sayapun bersemangat untuk merevisinya. Tapi petaka pun datang ketika bimbingan kedua. Pada tanggal 9 November, jam 11 dan disitulah awal mula petaka dimulai.
Ternyata tesis yang saya tulis sangat tidak layak. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya harus menerima kenyataan kalau karya ilmiah yang saya coba tulis sangat-sangat tidak layak dan saya harus menerima kegagalan. Bahkan beliau waktu itu berkata penelitian saya layaknya Indomie rebus yang dimasak menggunakan panci. Dimana orang lain telah memasaknya menggunakan kuali. Indomie yang dihasilkan akan tetap sama-sama indomie rebus dan rasanya pun tidak akan jauh berbeda. Disitu saya rasanya mengalami kegagalan dan keterpurukan mental. Selepas bimbingan tersebut, saya mencoba untuk bangkit dan mencoba memperbaiki, tapi saya deadlock dan tidak mampu memperbaikinya. Akhirnya saya tinggalkan topik tersebut untuk menghindari kejatuhan yang lebih mendalam karena disatu sisi saya masih harus fokus dengan tugas-tugas kuliah semester 2 yang begitu banyak.
Selepas peristiwa itu, saya melupakan tesis dan semangat membuat tesis pun luntur. Tapi 3 bulan kemudian, tepatnya di bulan Februari 2016, dimana bertepatan dengan selesainya juga semester 2 saya, saya pun kembali terpikir untuk memulai tesis. Disini perjuangan kembali dimulai. 2 minggu awal saya habiskan membaca banyak literature untuk mendapatkan ide terkait tesis yang ingin saya buat, tapi saya mengalami kebuntuan. Karena saya tidak ingin kegagalan seperti yang sebelumnya, jadi saya benar-benar mencari ide yang matang dan jangan terulang kasus indomie rebus tersebut. Tapi akhirnya saya pun menyerah karena rasanya tidak sanggup menemukan ide tersebut. Untuk mengisi kekosongan waktu akhirnya saya pun menyusun buku dan mempublikasikannya. (link cerita buku).
Diawal bulan Maret, tunangan saya datang liburan ke Yogya sekaligus mengunjungi saya. Mungkin disini titik balik semangat saya kembali. Setelah liburannya selesai, saya kembali semangat, dan akhirnya perjuangan mencari ide penelitian yang ketiga dimulai kembali. Setiap hari saya habiskan waktu mencari-cari paper, membaca topik-topik forensika digital, berdiskusi dengan orang-orang, walaupun berat tapi semangat tetap kuat. Disini juga saya jatuh di salah satu titik terendah dalam hidup saya karena hampir satu bulan perjuangan saya ini belum menghasilkan apapun. Yang saya ingat waktu itu, ada beberapa topik yang mau coba saya angkat tapi akhirnya batal karena saya tidak menemukan rumusan masalah yang matang terkait topik tersebut.
Diantaranya tentang big data forensik, framework investigasi cloud forensik, dan beberapa lainnya. Bahkan sampai awal april saya belum berhasil menemukannya, dan sampai semester 3 dimulai. sampai galau di facebook juga. Saya begitu takut jika semakin lama tidak menemukan ide tesis, maka semakin lama kuliah saya tamatnya, padahal saya terikat kontrak 2 tahun harus selesai atau beasiswa saya diputus. Belum lagi waktu itu tuntutan janji dengan keluarga tunangan saya 2 tahun saya selesai kuliah akan menikahi putri mereka. Hal ini yang semakin membuat saya tertekan dan jatuh ke salah satu titik terendah dalam hidup saya.
Nah namanya usaha kalau dilakukan terus pantang menyerah pasti ada titik terangnya. Begitupun dengan masalah tesis ini. Setelah hampir dua bulan berjibaku dengan hal-hal yang mau buat gila ini, semangat terus, dipertengahan bulan April 2016 saya mulai mendapatkan ide untuk menulis dan mengerucutkan ide tersebut menjadi 2 topik yang berbeda. Topik yang pertama yaitu tentang framework cloud forensik dan kedua tentang framework investigasi menggunakan SNI 27037:2014. Terkait topik SNI tersebut saya dapatkan karena rajinnya berdiskusi dengan senior kuliah mas Dedy Hariyadi dan bg Rizdqi Akbar Ramadhan. Hingga saya membeli dokumen SNI tersebut dan juga mulai mempelajarinya di pertengahan April 2016. Setengah bulan saya memantapkan kedua topik saya tersebut, hingga di awal bulan Mei saya memberanikan diri berdiskusi kembali dengan dosen saya pak Yudi Prayudi terkait dua topik tersebut.
Dari hasil diskusi tersebut, pak Yudi lebih mengarahkan saya ke topik yang kedua tersebut. Saya sendiri meletakkannya menjadi topik kedua karena saya sedikit tidak yakin dengan topik tersebut sebab bingung terkait literature review nya. Namun dari hasil diskusi tersebut, saya menjadi terang dan yakin dengan topik tersebut. Akhirnya mulai saat itu saya secara resmi mendapatkan topik penelitian dan mulai secara resmi menulis tesis saya untuk kedua kalinya (yang pertama dulu gagal). Tanggal 8 Mei saya melakukan bimbingan pertama dan berlangsung sukses, sedikit perbaikan. Nah disini saya sempat takut akan mengalami dejavu karena tesis pertama saya seperti ini juga, bimbingan pertama lancar, kedua hancur lebur. Tapi ketakutan saya ini akhirnya tidak terjadi. Bimbingan keduapun berlangsung lancar, dan bahkan pada tanggal 12 Mei saya sudah diperbolehkan melanjutkan ke bab 2 dan bab 3. Sungguh kebahagiaan yang tiada tara waktu itu.
Disela-sela menyelesaikan bab 2 dan bab 3, saya sempat juga berdiskusi dengan pak Ahmad Luthfi, M.Kom diperkuliahan Forensika Bergerak dan Multimedia, beliau juga memberikan arahan dan saran yang semakin membuat terang penelitian saya ini. Hingga akhirnya, pada tanggal 11 Juni 2016, proposal saya secara resmi ditandatangani dan mendapatkan izin untuk melaksanakan seminar proposal didepan dewan penguji. Senangnya bukan main waktu itu, dalam suasana Ramadhan, saya akhirnya bisa mengikuti ujian tesis tahap pertama. Setelah mendaftar seminar, saya akhirnya melaksanakan seminar proposal pada tanggal 25 Juni 2016.
Dari hasil seminar proposal tersebut, saya dinyatakan lulus dengan perbaikan, dan lumayan banyak revisi yang saya terima, diantaranya saya harus merubah metodologi penelitian saya karena rencana penelitian yang saya ajukan cukup berat untuk kategori tesis dan bahkan mencapai level disertasi. Sehingga dosen penguji memberikan saran untuk lebih meringankannya. Dan pembimbing sayapun berubah dari yang awalnya pak Yudi Prayudi, M.Kom diarahkan ke pak Ahmad Luthfi, M.Kom dan pak Dr. Bambang Sugiantoro. Senang rasanya ketika telah melewati ujian proposal ini. Walaupun banyak revisi, tapi hati saya sudah sangat bahagia sehingga revisi pun diterima dengan hati bahagia pula tanpa rasa berat.
*suasana seminar proposal
Namun sayangnya, dua hari setelah ujian proposal, saya pulang ke Pekanbaru untuk libur lebaran. Sebenarnya bahagia sih pulang ke Pekanbaru dengan status telah ujian proposal, tapi disini muncul masalah baru. Setelah menyiapkan seluruh bahan dan peralatan untuk melakukan revisi di Pekanbaru, tapi gagal, suasana yang tidak mendukung karena terasa liburan akhirnya menelantarkan revisi tesis saya. 3 minggu di kampung halaman, 3 minggu pula tesis saya tidak tersentuh. Pun begitu setelah kembali ke Yogya juga tesis tersebut masih terlantar, karena saya dikejar deadline tugas akhir mata kuliah Olah TKP karena status saya masih semester 3 jadi masih ada teori.
Setelah menyelesaikan tugas akhir Olah TKP akhirnya saya bisa kembali melanjutkan revisi tesis saya. Tanggal 25 Juli saya melakukan bimbingan pertama saya dengan pak Luthfi. Setelah melakukan 2x bimbingan saya diizinkan untuk memulai penelitian saya. Tahapan pertama penelitian saya waktu itu yaitu melakuan identifikasi terhadap proses penting dalam dokumen SNI 27037:2014. Tahapan ini sebenarnya tidak begitu berat, tapi malasnya luar biasa. Ini tantangan yang saya hadapi pada tahapan ini, setiap buka dokumen, pasti ngantuk dan ujung-ujungnya tidur. Hahahaha. Akhirnya bisa selesai setelah saya paksa membuatnya di perpustakaan kampus, itupun sempat tertidur pula di perpustakaan. Tapi akhirnya selesai, dan setelah menuliskannya ke tesis, saya melakukan bimbingan kembali. Setelah revisi, diizinkan kembali melanjutkan tahapan penelitian berikutnya.
Tahapan berikutnya dalam penelitian saya yaitu melakukan pra survey dengan responden untuk melihat kondisi terkini dari framework investigasi. Tanggal 8 Agustus saya melakukan pra survey pertama dengan bapak Joshua Sinambela. Jauhnya lokasi ke tempat beliau, panasnya hari itu, dilewati dengan lapang dada. Hahaha. Butuh waktu hampir 100 menit untuk sampai ke lokasi beliau itupun nyasar-nyasar dulu. Setelah menunggu beliau selama lebih kurang 60 menit di kantornya, akhirnya wawancara berhasil dilakukan. Dan kembali menuliskannya ke tesis. Setelah itu saya melakukan pra survey kedua, rencana saya waktu itu dengan pak Yudi Prayudi, tapi beliau mengarahkan ke pak Fietyata Yudha, M.Kom selaku staf Pusat Studi Forensika Digital UII. Responden ketiga saya yang saya rencanakan adalah bapak AKBP M. Nuh Al-Azhar, M.Sc selaku Kepala Sub Bidang Komputer Forensik Puslabfor Polri. Tapi karena jauh, saya harus mengirim surat izin penelitian terlebih dahulu ke Puslabfor dan menanti balasannya.
*suasana mewawancarai bapak Joshua Sinambela, M.Eng
Sambil menanti balasan surat tersebut, saya melakukan tahapan penelitian berikutnya yaitu melakukan Evaluasi Framework dengan SNI 27037:2014. Tahapan ini berhasil saya lakukan selama 2 hari tanpa ada halangan apapun. Tapi halangan yang saya hadapi dalam tahapan ini bukan dari tesis. Tapi dari masalah dalam kehidupan pribadi saya. Sempat down juga, tapi syukurnya cepat selesai dan bisa segera kembali menyibukkan diri dengan tesis. Tantangan lainnya adalah surat izin penelitian saya ke Puslabfor tak kunjung mendapatkan balasan, setelah berdiskusi dengan Pembimbing, disarankan coba mengirimkan email ke pak Nuh langsung, tapi cara ini setelah saya coba juga tak berhasil karena email saya tak kunjung dibalas, sayapun sudah pasrah ya udah tidak usah dipaksa ke Jakarta.
Tantangan berikutnya saya hadapi ketika melakukan tahapan berikutnya yaitu melakukan perbaikan framework. Karena disini salah satu tahapan inti dalam penelitian saya. Ketika melakukan tahapan perbaikan ini, saya melakukan penambahan tahapan framework yang kurang dan kemudian seenaknya melakukan penghapusan terhadap framework yang menurut saya kurang layak untuk dilaksanakan. Dan disini tantangan saya hadapi, ketika bimbingan, pak Luhti mengarahkan harus menggunakan dasar teori kenapa saya harus menghapusnya dan jangan seenaknya menghapus karena bisa jadi yang saya hapus itu jauh lebih baik jika ada dari pada dihilangkan.
Setelah bimbingan tersebut, akhirnya mulailah galau ria kembali. Dimana mencari teorinya. Karena kalau dicari lurus-lurus aja mana akan ada teori yang secara lurus menyampaikan, ooo tahapan itu gak boleh. Hahaha. Disini saya sempat down banget dan bahkan sampai terpikir mencari framework baru, evaluasi ulang, perbaiki ulang, bahkan terpikir berhenti dan mencari tesis baru. Hahaha. Benar-benar pikiran yang salah. Tapi berkat semangat dari orang tua, tunangan, teman-teman saya putuskan istirahat sebentar karena 3 minggu waktu itu selalu berjibaku setiap hari dengan tesis tanpa istirahat. Setelah beristirahat, akhirnya ide tersebut datang. Dan tau tidak ide nya dari mana datang? Dari mimpi tidur siang. Hahaha. Ketika bangun tidur, mencoba menyatukan mimpi tersebut, langsung buka komputer, buka google, mulai mencari, dan ajaib, hanya butuh waktu 2 jam untuk menemukan seluruh teori yang saya butuhkan tersebut. Hahaha. Ini mungkin salah satu anugerah dari Allah untuk saya.
Ketika lagi asyik merevisi tersebut, datang WA dari pihak Pasca memberitahukan bahwa surat balasan dari Puslabfor terkait izin penelitian saya telah diterima dan saya diperbolehkan datang ke Puslabfor. Anugerah lainnya datang, hehehe. Setelah sempat frustasi dan berencana merubah rencananya ke Polda Yogyakarta saja, ternyata datang balasan tersebut. Setelah lebih kurang dua hari menyelesaikan revisi tersebut, saya kembali bimbingan dan teori yang saya gunakan sudah cukup menurut pembimbing saya. Dan saya juga memberitahukan rencana saya untuk ke Puslabfor Polri di Jakarta. Kemudian saya diberikan arahan dan masukkan terkait keberangkatan saya. Dan saya putuskan berencana berangkat ke Jakarta tanggal 2 September 2016.
Tanggal 1 nya saya sempatkan ke kampus untuk rencananya berdiskusi kembali dengan Pak Luthfi, tapi ternyata beliau tidak ada ditempat. Namun saya bertemu dengan bapak Yudi Prayudi, M.Kom, dan beliau bertanya bagaimana progress tesis saya sudah sampai mana. Akhirnya sempat mengobrol dan cerita saya akan ke Jakarta besok, akhirnya kena marahi dulu. Hehehe. Bahan yang saya siapkan untuk ke Jakarta ternyata sangat mentah. Bahan wawancara yang saya persiapkan tidak akan dapat menjawab apa yang saya butuhkan, dan akan melebar dari topik saya. Akhirnya setelah kena marah, saya diarahkan untuk memperbaikinya dan membuat kuisioner agar terarah. Terima kasih banyak pak Yudi atas kena marahnya disini, karena kalau disini saya tidak bertemu beliau, bisa jadi sia-sia keberangkatan saya ke Jakarta. Pulangnya, saya lembur sampai malam menyiapkan kuisioner tersebut sesuai arahan pak Yudi. Dan akhirnya terkejar menyiapkannya. Besok sorenya pun saya berangkat SENDIRIAN. Saya menamai kode keberangkatan saya dengan kode “Pejuang Tesis”. Hahaha. Demi tesis saya berani berangkat sendirian ke Jakarta. Untung saja saya sekolah disaat zaman sudah canggih seperti ini. Saya pun berangkat menggunakan jasa kereta api. Agar perjalanan nyaman, saya menggunakan kelas Eksekutif sekaligus penasaran seperti apa rasanya naik Eksekutif. eh ternyata nyaman banget. Hehehe.
Sesampai di Jakarta, saya mandi di tempat mandi dekat Hotel Transit di Stasiun Gambir. Memang mahal harganya, 65ribu, tapi sangat nyaman. Seperti mandi di Hotel. Hehehe. Setelah mandi, saya menggunakan uber untuk menuju lokasi Puslabfor. Sesampai di Puslabfor, saya melewati pos pemeriksaan, diperiksa surat izin, dan masuk ke Mabes Polri. Sampai di Kantor Puslabfor, pemeriksaan kembali, dan akhirnya masuk. Tapi ternyata rencana saya tidak berjalan sukses. Setelah menunggu selama 2 jam sampai jam 10, anggota bidang Komputer Forensik belum satupun yang datang, dan ternyata mereka semua sedang ada kegiatan di luar. Bahkan pak Nuh juga ikut, saya sudah kecewa dan pasrah kalau kedatangan saya akan sia-sia. Tapi paginya ketika sampai, saya sempat mengirimkan pesat singkat ke Pak Nuh mengabari bahwa saya telah sampai di Puslabfor dan ingin bertemu beliau.
Jam 10.15 akhirnya satu orang staf Komputer Forensik, pak Agus Dwi datang. Saya pun sempat minta izin dan ya sudah dari pada saya gagal total, saya putuskan untuk melakukan wawancara dan mengisi kuisioner dengan beliau saja. Untungnya beliau bersedia, sambil beliau melakukan pekerjaannya sambil menjawab pertanyaan saya. Jam 10.45 akhirnya seluruh pertanyaan saya sudah terjawab. Walaupun saat itu tidak sesuai dengan hasil yang saya harapkan, tapi saya sudah bersyukur saja. Pak Agus juga menyampaikan bahwa dia akan menemui Pak Nuh dan akan menyampaikan pesan bahwa saya ada di Puslabfor, jadi jika saya mau diperbolehkan menunggu di Puslabfor saja. Mana tau pak Nuh akan datang siang harinya. Saya pun mengiyakan apa yang beliau sampaikan, karna toh juga kereta saya malam baru berangkat. Akhirnya saya menunggu di Ruang Tunggu Puslabfor.
*bersama pak Agus di Puslabfor
15 Menit berlalu menunggu, Allah kembali menolong saya, tiba-tiba pak Nuh menelpon dan bilang baru baca pesan singkat saya, beliau minta maav karena lupa dan saya pun tidak mengingatkan beliau. Akhirnya kata beliau menyusul beliau di lokasi acaranya di TMII. Walaupun saya tidak tahu dimana itu lokasinya, saya mengiyakan saja. Setelah mematikan telpon, saya buka google maps sebentar, ternyata cukup jauh. 45 Menit sampai ke lokasi. Ya sudah saya langsung mau buka uber pesan uber saja biar cepat sampai, eh pak Nuh menelpon lagi. Mengabari bahwa tunggu di depan Mabes, staf nya akan menjemput saya. Wah anugerah banget, langsung dijemput. Hehehe. Saya langsung berlari ke depan pagar Mabes Polri dan tak lama datang jemputan. Ternyata pak Agus yang datang dan bilang beliau disuruh jemput saya karena kebetulan akan ke tempat pak Nuh juga. Maav ya pak Agus jadi harus balik karena jemput saya. Hehehe. Akhirnya saya berangkat menuju pak Nuh, senang banget waktu itu karena bisa akan mewawancarai pak Nuh.
Setelah mau sampai di lokasi, kami beristirahat bentar dan sholat jumat, setelah itu baru ke lokasi yang ditentukan pak Nuh di Rumah Makan Ikan Patin Bakar Bambu. Saya dijamu makan sama pak Nuh hehehe. Di rumah makan tersebut akhirnya saya berkesempatan mewawancari beliau. Walaupun saya di “mop” dan diospek beliau akhirnya seluruh pertanyaan saya terjawab bahkan lebih dari yang saya harapkan. Hehehe. 2 jam pertemuan yang buat saya tertekan karena saya macam di ospek hahahaha. Ya tidak masalah karena polisi kan, toh saya sudah sering seperti ini karena saya juga dari keluarga militer. Itu 2 jam saya rasanya seperti ujian saja dibuat pak Nuh, hehehe. Tapi akhirnya bahagia. Bahkan diakhir pertemuan, saya dikasih uang jajan oleh pak Nuh dan dikasih cendera mata. Bayangkan coba, saya yang butuh beliau, saya dijemput, saya dijamu makan di Restaurant, dikasih uang jajan lagi, plus ilmu yang sangat banyak. Terima kasih banyak pak Nuh atas bantuan yang telah diberikan. Walaupun beliau mungkin lupa pernah bertemu saya, tapi saya tak akan pernah melupakan kebaikan yang bapak dan staf bapak berikan.
Jam 3 pertemuan usai, makanan telah habis, data penelitian sudah lengkap akhirnya saya kembali ke stasiun gambir. Saya pun memilih uber kembali untuk menuju lokasi karena cukup jauh ya, di google sekitar 1 jam lebih, eh ternyata naik uber macet 2 jam baru sampai ke sana. Tapi saya memilih ke istiqlal dulu untuk mandi, sholat, sambil istirahat karena kereta saya juga malam baru berangkat. Jam 9 lewat akhirnya kereta saya berangkat dan sampai di Yogya jam 6 pagi. Wah perjalanan yang mengesankan demi sebuah penelitian. Sesampai di Yogya saya istirahat bentar kemudian lanjut langsung mengolah data yang telah didapatkan, walaupun capek tapi tetap semangat mengolah datanya. Sampai malam akhirnya selesai, untuk kemudian keesokan harinya konsultasi kembali sama pak Luthfi. Sudah oke kata beliau disuruh lengkapi tesisnya sampai bab 5, plus ada pak Yudi juga konsultasi sekalian dan ada tambahan sedikit, pulang dari situ langsung lanjut lagi sampai malam menulis laporan tesisnya sampai selesai.
*bersama pak AKBP M. Nuh Al-Azhar dan Staf Sub Bid Komputer Forensik Puslabfor
Keesokan harinya bimbingan lagi, ada revisi sedikit, tapi secara keseluruhan tesis nya sudah lengkap, sudah boleh maju seminar progress, tapi harus dikonsultasikan lagi ke pak Bambang karena beliau merupakan pembimbing 1 saya. Akhirnya janjian dengan pak Bambang dan ketemu keesokan harinya untuk konsultasi, sudah oke langsung di acc untuk seminar progress. Yah akhirnya pada hari itu selesai perjuangan tahap kedua. Langsung gandakan tesisnya, daftar seminar progress.
Tidak butuh waktu lama untuk keluar jadwal, tanggal 10 September 2016 saya pun akhirnya melaksanakan seminar progress, ketika akan mulai sempat gugup, tapi ternyata begitu memulai presentasi sedikitpun tidak ada gugup, hilang semua gugupnya. Ketika mau seminar progress waktu itu penuh dengan keyakinan mendalam, bahwa tesis yang saya tulis ini sudah benar-benar baik. Penuh percaya diri sekali saya ketika itu.
Tapi ternyata semua diluar ekspektasi. Ketika presentasi selesai, dilanjutkan dengan saran dan perbaikan, semua diluar ekspektasi. Semua tahapan penelitian yang saya lakukan kurang maksimal, masih banyak teori pendukung kurang, hasil penelitian seolah bukan berdasarkan teori yang ada tapi hanya berdasarkan intuisi saya dan coba-coba saja. Contohnya ketika saya menambahkan tahapan baru ke dalam framework saya, saya tidak menuliskan alasan dan teori kenapa ditambahkan, ketika itu saya tulis pokoknya ya karena dokumen SNI mengatakan tahapan itu ada saya tulis aja harus ditambahkan tanpa saya jelaskan. Selain itu juga tidak ada metode yang saya gunakan untuk penelitian ini. Hanya metode karangan saya sendiri. Wah beneran down banget waktu itu, rasa mau nangis ketika hasil penelitian saya ternyata jauh dari kata maksimal. Semuanya diluar dugaan saya. Walaupun pada akhirnya dinyatakan lulus dengan revisi, tapi hati sangat sedih.
*suasana seminar progress
Keesokan harinya, berbekal masukan dari pak Luthfi saya mencoba menulis perbaikan sebisa mungkin, tapi entah kenapa kesedihan hati ketika “dihajar” saat ujian lebih besar dari pada semangat revisi, alhasil tak ada satu katapun yang saya tuliskan dalam revisi tersebut. Satu hari itu hanya saya habiskan memikirkan hal-hal yang tidak jelas tentang tesis saya. Saya kembali untuk kesekian kalinya jatuh ke dalam titik terendah dan semangat tesis hilang. 3 hari berlalu tanpa ada menyentuh tesis dan setiap hari hanya stress tanpa arti, saya coba untuk menghilangkan kepenatan tersebut dengan berjalan-jalan ke Semarang. Sepulang jalan-jalan, saya masih mencoba kembali menyentuh tesis karena saya sadar tidak boleh berlarut akan kesedihan ini terlalu dalam. Saya mencoba berkonsultasi kembali dengan dosen pembimbing terkait revisi yang akan dilakukan. Akhirnya setelah itu saya teguhkan kembali dan kuatkan hati harus bangkit dan sesegera mungkin menyelesaikan ini semua. Berkat semangat dan doa, tiga hari kemudian ternyata saya berhasil menyelesaikan revisi tersebut. Saya pun langsung kembali menemui dosen pembimbing saya dengan hati riang karena berhasil menyelesaikan revisi.
*salah satu suasana revisi di kamar tercinta
Dosen pembimbing II (Pak Luthfi) setuju dengan revisi yang telah saya lakukan dan disuruh berkonsultasi ke dosen pembimbing I (Pak Bambang) terkait revisi dan jurnal publikasi lalu sayapun mengikuti saran tersebut. Oleh pak Bambang ternyata juga telah disetujui jika dirasa memang semua revisi yang diminta telah dilakukan. Dan untuk kebaikan saat ujian akhir tesis (ujian pendadaran) nanti, disuruh coba tunjukkan hasil revisi ini ke dosen penguji saya yaitu pak Yudi. Saya pun berkonsultasi ke pak Yudi dan Alhamdulillah berjalan sukses, diberikan sedikit lagi revisi yang tidak berat. Setelah menyelesaikan seluruh revisi, sayapun mulai menulis jurnal publikasi, disini saya sedikit menyesal kenapa baru sekarang harus menulis jurnal, karena berdasarkan cerita dari senior, untuk publikasi minimal 3 minggu baru akan terbit. Sedangkan saya telah dikejar waktu karena pak Luthfi yang merupakan pembimbing saya akan berangkat S3 ke Belanda. Tapi ya sudah, karena saya juga manusia, punya batas kekuatan dan harus menghadapi stress dahulu, akhirnya saya selesaikan secepatnya jurnal tersebut dan kembali berkonsultasi ke pak Bambang.
Setelah selesai saya kirimkan jurnal publikasi tersebut ke JISKA (Jurnal Informatika UIN Sunan Kalijaga). Ini berdasarkan saran dari pak Bambang agar cepat terpublikasi. 5 hari setelah mengirim jurnal saya mulai galau kembali karena tak kunjung mendapat balasan, hahaha padahal sudah diingatkan senior paling cepat 2 minggu. Saya coba beranikan diri menghubungi pihak jurnal dan pak Bambang memberitahukan kalau saya telah mensubmit jurnal. Alhamdulilah 2 hari setelah itu, saya mendapatkan email bahwa jurnal saya telah disetujui untuk dipublikasi. Dengan artian seluruh syarat untuk melaksanakan ujian akhir pendadaran telah terpenuhi. Secepat mungkin saya langsung menemui pak Bambang kembali untuk meminta acc maju siding tesis. Setelah mendaftar, seminggu kemudian jadwal saya keluar, dan tepat pada tanggal 22 Oktober 2016 saya melaksanakan ujian pendadaran.
Seluruh usaha, doa, telah saya lakukan semaksimal mungkin, hingga tiba hari nya untuk saya melaksanakan ujian akhir tersebut. 2 hari sebelum ujian hati sudah tidak tenang, selera makan hilang, dan setiap malam mimpi suasana ujian. Jadwal ujian saya pukul 8 pagi yang cukup aneh karena biasa jadwal ujian dilaksanakan siang hari. Tapi ternyata pagi itu merupakan berkah untuk saya. Presentasi saya berjalan lancar, seluruh kecemasan, gugup saya hilang ketika saya mulai mempresentasikan hasil penelitian saya di hadapan dewan penguji. Dan Alhamdulillah revisi yang diberikan tidak banyak lagi, padahal saya sudah takut jika harus menghadapi badai revisi seperti ujian progress. Tapi doa saya dijawab oleh Allah.
Ujian tesis saya berlangsung dengan sangat-sangat lancar. Ini ujian tesis terlancar yang saya hadapi dari 3x ujian. Ketika sesi saran dan perbaikan selesai, saya diminta untuk keluar terlebih dahulu dari ruangan dan dewan penguji berdiskusi terkait hasil ujian saya.
Diluar ruangan, saya berdiri dengan cemas, teman-teman yang datang untuk menanti ujian saya mencoba untuk menghibur dan menenangkan diri saya, walaupun mencoba untuk tenang, tapi tetap hati saya ketika itu kembali gugup dan cemas, deg-degan tak karuan. Hingga 3 menit berlalu, saya dipanggil kembali ke ruangan. Pak Bambang lalu menyampaikan bahwa saya dinyatakan LULUS dan mendapatkan nilai MAKSIMAL ataupun nilai A.
Disini kebahagiaan saya tak terbendung lagi, rasanya ingin teriak, tapi ingat masih di dalam ruangan, saya sesegera mungkin mengucapkan terima kasih, menyalami seluruh dosen saya, dan langsung buka pintu ruangan, kaki saya masih di dalam ruangan, badan dan kepala saya di luar ruangan sambil berteriak ke teman-teman, “LULUS, IPK EMPAAAAAAAAAAAT” cukup keras saya berteriak sampai dilihat oleh dewan penguji, saya tertunduk malu dan mengucapkan maav karena terlalu emosional.
*suasana riang setelah dinyatakan lulus ujian pendadaran
Itu memang kebahagiaan yang tiada tara. Saya cukup emosional dan terharu atas kejadian pagi itu. Sesegera mungkin saya mengabari kedua orang tua saya dan tunangan saya bahwa saya dinyatakan lulus. Hingga malam hari, saya rasanya mau senyum saja dan kebahagiaan itu masih terasa. Saya masih tidak percaya bahwa pada hari itu dinyatakan lulus dengan nilai A. Nilai yang sangat saya harapkan untuk melengkapi kesempurnaan study yang saya lakukan. Setelah ujian tersebut, sesegera mungkin saya melakukan revisi dan pada akhirnya tesis saya pun selesai dan sudah bisa dijilid. Terima kasih ya Allah karena berkat anugerah mu, pertolongan mu, saya bisa menyelesaikan penelitian ini.
Jika dilihat seluruh cerita, perjuangan saya lakukan untuk menyelesaikan tesis ini, semua bisa terjadi berkat pertolongan Allah. Bagaimana Allah menolong saya ketika memberikan anugerah ide tesis, menolong saya ketika di Jakarta, menolong saya dengan anugerah nya ketika pusing masalah tesis. Tesis ini cukup berat saya hadapi, dan diluar ekspektasi saya betapa beratnya. Tapi semua perjuangan telah selesai, berkat doa dan semangat dari orang tua, adik kandung saya, tunangan saya, teman-teman seperjuangan, dan berkat Dosen pembimbing (Pak Ahmad Luthfi, M.Kom., Pak Dr. Bambang Sugiantoro) serta Dosen penguji saya (Pak Yudi Prayudi, M.Kom), berkat para responden (Pak AKBP M. Nuh Al-Azhar, M.Sc., Pak Joshua Sinambela, M.Eng., Pak Fietyata Yudha, M.Kom,.)
Terima kasih sekali lagi buat Dosen-dosen saya, walaupun ketika seminar progress saya menerima banyak sekali pukulan, tapi saya baru sadari itu semua untuk kebaikan saya sendiri. Ibarat orang tua mengajarkan anaknya, terkadang harus keras untuk memberitahukan dan menyadarkan anaknya bahwa yang dilakukannya salah agar kelak anaknya ingat tidak melakukan hal itu lagi. Pukulan yang saya terima ketika awal membuat tesis, ketika seminar progress menyadarkan saya bahwa saya bukanlah apa-apa. Apa yang saya hasilkan bukanlah apa-apa. Saya masih seperti seorang anak kecil yang harus diajarkan cara berjalan, dan harus terjatuh untuk kemudian paham dan tau bagaimana cara berjalan yang benar tersebut.
Tesis telah mengajarkan banyak hal kepada saya, bukan hanya sekadar melakukan penelitian untuk lulus S2 dan mendapatkan ilmu tentang penelitian, tapi tesis telah mengajarkan dan melatih saya lebih mendekatkan diri kepada Allah, dengan tesis, saya bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dengan tesis saya belajar apa itu kegagalan, dengan tesis saya belajar bagaimana bangkit dari kegagalan. Dengan tesis saya belajar artinya sebuah perjuangan. Dengan tesis saya belajar bagaimana rasanya menerima kesuksesan setelah perjuangan yang begitu berat. Pengalaman berharga ini tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Terima kasih “TESIS”. Sebuah jalur kehidupan ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2 yang tidak akan pernah saya sesali dan akan selalu saya syukuri.
Yogyakarta, 25 Desember 2016
Sign up here with your email