Ini cerita seri kedua dari tiga yang direncanakan. Hehehe. Tulisan kali ini hanya tulisan singkat sebagai arsip saya di masa depan tentang bagaimana kebahagiaan yang saya rasakan ketika saya diwisuda sebagai Magister Komputer dan cerita saya mengurus pendaftaran wisuda ini.
Jadi tanggal 17 Desember 2016 lalu saya resmi diwisuda, berbagai macam cerita saya lalui sejak dinyatakan lulus ujian tesis. Cerita ini bermula dari selesainya saya melakukan revisi tesis dan selesai melakukan penjilidan tesis saya. Langkah berikutnya yang harus saya lakukan adalah mengumpulkan tesis ini ke pihak Perpustakaan UII dan pihak Pasca Sarjana Fakultas Teknologi Industri. Tapi hal ini tertunda karena saya harus mengikuti sertifikasi Pengelolaan Keamanan Informasi dan baru bisa saya lakukan 2 minggu sebelum batas terakhir pendaftaran wisuda.
Ketika hari H nya saya mengantar tesis ke pihak Perpustakaan UII dan meminta surat keterangan bebas pustaka, ternyata dengan lugu nya saya tidak mencari dahulu informasi dan prosedur pengurusan tersebut. Alhasil saya datang ke Perpustakaan seperti orang lugu. Persyaratan yang diminta waktu itu adalah kita harus menyerahkan sebuah buku baru ke Perpustakaan untuk menambah koleksi perpustakaan. Akhirnya saya harus pulang kembali ke rumah dan menitip pembelian buku tersebut ke teman saya (Kak Oya) karena ya rumah saya jauh banget jaraknya ke toko buku. Kesalahan berikutnya yang saya lakukan adalah CD yang berisi file tesis saya, ternyata file yang saya lampirkan belum ada cap stempel pihak Pasca Sarjana di halaman pengesahannya. Alhasil saya harus membeli ulang CD, dan memindahkan ulang file yang telah saya perbaiki.
Dua kesalahan diawal yang saya lakukan ketika mengurus persyaratan pendaftaran wisuda. Masih banyak kesalahan berikutnya. Setelah akhirnya saya mendapatkan surat keterangan bebas perpustakaan, langkah berikutnya yaitu saya mengantar Tesis saya ke pihak Pasca Sarjana dan sekaligus melakukan pendaftaran wisuda. Berbekal pengalaman kesalahan pertama, akhirnya saya mencari dulu informasi apa saja yang harus saya persiapkan untuk pendaftaran wisuda. Dari hasil pencarian tersebut, saya mendapatkan informasi dari website UII untuk mendownload formulir pendaftaran wisuda beserta persyaratan yang tertera di website tersebut dan keesokan harinya dengan penuh percaya diri mengantar formulir tersebut. Tapi semua diluar dugaan kembali dan saya harus menerima kenyataan salah lagi.
Ternyata informasi yang tertera di website academics.uii.ac.id merupakan informasi untuk anak S1. Untuk S2 seluruh proses pendaftaran dilakukan di Fakultas masing-masing. Dan pastinya dengan syarat berbeda. Untuk S2 harus melampirkan akta kelahiran dan izajah S1 serta dengan formulir pendaftaran yang berbeda pula. Alhasil saya gagal mendaftar hari itu dan harus pulang dulu, serta mengabari orang tua saya untuk segera mengirimkan scan akta kelahiran. Setelah beberapa hari berikutnya saya menerima scan akta kelahiran tersebut barulah saya mendaftar kembali ke Pasca Sarjana dan membayar biaya wisuda. Nah disini lagi-lagi saya salah. Pihak Pasca menginformasikan bahwa langsung saja ke Rektorat bilang dari Pascasarjana untuk membayar deposit toga dan mengambil toganya. Saya yang polos langsung saja ke Rektorat.
Setiba di Rektorat, sudah mengantri, ternyata salah. Hahahaha. Pihak Rektorat tidak mau menerima saya tanpa surat pengantar, padahal kata pihak Pasca tidak perlu surat pengantar, alhasil saya kembali ke Fakultas dan memilih jalan kaki karena malas harus antri parkiran kembali. Yah cukup lelah bolah balik. Hahahaha. Akhirnya setelah mendapat surat pengantar dari Pasca saya akhirnya bisa membayar deposit toga. Nah disini saya iseng bertanya apakah boleh membeli toga nya, eh ternyata dijawab boleh. Ya sudah senang hati bisa beli toga untuk kenang-kenangan, lalu saya pun mendapatkan toga baru. Oke sampai disini selesai seluruh proses yang saya lakukan untuk mengurus pendaftaran wisuda dan saya secara resmi sudah terdaftar sebagai peserta wisuda.
Tanggal 14 Desember 2016, sesuai informasi yang saya terima, merupakan tanggal pengambilan Samir dan selempang Cumlaude ke Fakultas. Nah disini saya kembali harus menerima kenyataan kalau saya salah lagi. Sempat berdiskusi dan berbincang sebentar dengan pihak Fakultas, akhirnya saya baru menyadari bahwa toga yang saya terima salah. Karena toga tersebut diperuntukkan bagi S1. Wah dalam hati saya kok ngurus wisuda ada aja salahnya ini. Hahahaha. Akhirnya ngebut ke Rektorat lagi karena waktu itu sudah pukul 14.00 takut pihak Rektorat sudah bubar. Sesampai di rektorat saya langsung bertanya apakah memang toga S1 dan S2 berbeda dan ternyata benar. Alhasil saya disuruh mengembalikan toga S1 untuk menukarnya dengan toga S2. Dalam hati saya sedikit menggerutu, saya sudah cuci ke dry clean itu toga dengan biaya 30.000 harus dikembalikan dan cuci 30.000 lagi untuk toga yang saya terima baru lagi.
Saya pun sesegera mungkin pulang ke rumah kontrakan untuk menjemput toga dan kembali ke Rektorat untuk menukarkannya, sesampai disana, pihak Rektorat baru sadar bahwa toga S2 tidak boleh dibeli dan hanya boleh dipinjam. Lagi-lagi saya harus menerima kenyataan pahit. Hahahaha. Akhirnya yasudah dengan berat hati saya harus menerima kenyataan tersebut dan tidak bisa menjadikan toga sebagai kenang-kenangan. Untung itulah kesalahan terakhir yang harus saya hadapi dalam proses wisuda ini. Karena acara gladi untuk mahasiswa cumlaude dan gladi resik berjalan dengan lancar.
Hari yang paling saya nantipun akhirnya tiba, tanggal 17 Desember 2016 hari untuk wisuda datang juga. Jam 4 pagi sudah bangun, mandi beres-beres, jam 5.30 start berangkat dari hotel karena terpikir jalan akan macet. Ternyata eh ternyata dari Gejayan sampai Kampus hanya memakan waktu 15 menit yang biasanya bisa sampai 45 menit. Buset memang. Hahaha. Alhasil jam 5.45 sudah sampai kampus dan masih sepi. Tapi gak masalah lebih baik cepat datang daripada telat ya kan. Perasaan waktu itu bangga sekali, mengenakan baju toga, selempang cumlaude, saya merasa sangat gagah dan anggun ketika itu. Hehehe.
*sampai di kampus langsung foto dulu sesi pagi
Jam 6.30 akhirnya orang tua sudah diperbolehkan masuk ke ruangan wisuda. Setelah memastikan orang tua saya masuk ke ruangan, saya pun bergerak untuk melakukan presensi. Karena katanya yang tidak presensi, dianggap tidak hadir dalam wisuda. Setelah presensi, diberikan Co-Card sebagai kartu yang menunjukkan informasi nomor urut dan nomor bangku duduk di dalam ruangan wisuda. Setelah menerima itu, saya menuju tempat transit yang disediakan. Jam 7.30 akhirnya seluruh peserta wisuda mulai memasuki ruangan. karena saya tergabung dalam kelompok mahasiswa yang cumlaude, saya masuk paling terakhir. Waktu itu saya mendapat nomor urut 96. Sudah senang ini, wah 96 berarti duduk di belakang. Karena pengalaman waktu wisuda S1 duduk di depan sangat tidak nyaman. Tidak bisa bergerak bebas karena selalu dilihat dan berhadapan langsung dengan tempat duduk senat. Hehehe.
Ketika giliran rombongan cumlaude yang dipersilahkan masuk, saya berjalan dengan anggun, menyapa sebentar orang tua saya yang kebetulan kelihatan, dan menerima kenyataan bahwa saya lagi-lagi duduk paling depan walaupun nomor urut 96 Hahahaha. Setelah duduk, acara sambutan sebentar, pembacaan surat keputusan rektor akhirnya prosesi wisuda dimulai.
Saya menantikan nama saya dipanggil dengan tegang dan deg-degan, sambil dalam hati selalu mengingat, jangan sampai salah, pokoknya jalan dulu, pindahin tali toga, terima piagam penghargaan cumlaude, baru salam. Pindah ke wakil rektor I, ambil izajah, baru salam. Itu terus yang saya hapalkan dalam hati hehehe. Akhirnya setelah menanti beberapa saat, nama saya dipanggil.
“Didik Sudyana” (saya mulai berjalan menuju rektor)
“Nomor Mahasiswa 14917207”
“Indeks Prestasi….. 4,00”
Sontak seluruh gedung langsung bergemuruh. Seluruh tepuk tangan tertuju pada saya. Saya saat itu sudah berdiri di depan pak Rektor dan begitu tali toga dipindah, menerima piagam, pak Rektor memberikan selamat dan salam yang lama. Hehehe. Begitupun ketika ke pak wakil rektor I, sampai pakai salam anak muda beliau. Hahahha. Ini momen yang paling saya tunggu selama 1,5 tahun ini. Momen ketika nama saya dipanggil, dipindahkan tali toganya, dan menerima tepuk tangan yang luar biasa karena mendengar ipk saya 4,00.
Sampai setelah duduk, saya masih tersenyum sendiri dan bahagia bahwa saya pada hari itu secara resmi sudah menyelesaikan pendidikan saya. Ada kejutan lainnya pada acara itu. Ketika pembacaan Lulusan terbaik di setiap tingkatan pendidikan, nama saya pun terpanggil kembali dan menjadi lulusan terbaik untuk jenjang Pasca Sarjana dengan IPK Sempurna (ini mbak MC nya yang berkata seperti itu).
Saya dipanggil kembali ke depan, dan yang membuat saya lebih terharu, kedua orang tua saya pun dipanggil maju ke depan pula mendampingi saya menerima penghargaan penyematan pin emas. Saya lihat wajah bahagia orang tua saya ketika mereka maju ke depan.
Bapak, Mami, ini yang bisa anak mu persembahkan. Teringat ketika wisuda S1, diperjalanan pulang ke rumah mami saya berkata, “Bang, mami kira tadi abang dipanggil lulusan terbaik lho, mami pengen maju ke depan kayak orang tadi bang”. Saya ketika itu hanya tersenyum dan berkata, “Insya Allah ya mi, tapi jangan berharap banyak ya mi, abang akan berusaha”.
Usaha tersebut membuahkan hasil. Di Wisuda S2 saya, saya berhasil mewujudkan keinginan mami saya tersebut. Mami, gelar lulusan terbaik dan IPK 4,00 ini anak mu persembahkan untuk mu. Hanya ini yang anak mu bisa berikan untuk kebahagiaan mami dan bapak. Hanya kebanggan ini yang bisa anak mu berikan. Terima kasih atas support dan semangat yang selalu mami dan bapak berikan.
Di setiap doa, saya selalu meminta agar bisa membahagiakan kedua orang tua saya. Terima kasih ya Allah, engkau mengabulkan doa saya sehingga pada hari itu saya benar-benar bisa membuat mereka bahagia dan bangga dengan anaknya sendiri.
Yogyakarta, 27 Desember 2016
Sign up here with your email