Manusia terlahir dalam keadaan gelap.
Gelap sekali,
Tak ada apapun yang terlihat,
Sejauh mata memandang,
hanya kegelapan yang tampak.
Hingga akhirnya,
ayah dan ibu,
menjadi cahaya pertama yang menerangi hidup ku.
Terus menerangi ku, tanpa pernah meredup.
Lalu, cahaya itupun terus bertambah,
Seiring waktu,
Semakin banyak cahaya baru yang menyala.
Namun tetap,
Cahaya ibu dan ayah merupakan cahaya terterang bagi hidup ku.
Kehidupan ku tak lagi gelap seperti dalam kandungan.
Dengan cahaya tersebut,
ku mampu berjalan,
Mengarungi gelapnya kehidupan.
Hingga pada akhirnya,
Ku menemukan cahaya baru,
Cahaya berbeda yang selama ini berada disamping ku.
Ya, cahaya itu adalah kamu, istri ku.
Cahaya berbeda untuk menerangi ku,
Dalam kehidupan yang mulai berbeda.
Dengan dua cahaya terang ayah ibu,
Dan warna cahaya yang berbeda dari mu,
Ku merasa kehidupan ku semakin indah.
Ku kira, inilah tiga cahaya terindah hidup ku.
Hingga, 28 Juli 2018,
Ku menemukan cahaya baru.
Cahaya yang sangat terang, cahaya yang sangat berbeda.
Sebuah cahaya yang sangat indah.
Yang memiliki berbagai macam warna.
Yang mampu menyesuaikan warna,
Disetiap perbedaan gelap yang ku temui.
Cahaya baru itu adalah kamu, anak ku.
Anak lelaki tersayang ku.
Ku sempat terlupa,
Bahwa ku pernah memiliki cahaya indah juga sebelumnya.
Ku begitu larut akan keindahan cahaya yang engkau berikan. Ku begitu takjub,
Karna cahaya mu menampilkan kelap kelip indahnya warna. Laksana aurora.
Namun, kini ku tersadar.
Cahaya indah mu,
Nerupakan cahaya pelengkap hidup ku.
Bukan cahaya pengganti ku.
Cahaya pelengkap yang membuat ku lebih siap.
Mengarungi kehidupan yang juga semakin gelap.
Terima kasih tuhan, karna menitipkan empat cahaya indah ini, ke dalam hidup ku.
Taipei, 15 November 2019.
Sign up here with your email