Satu kata yang mudah diucapkan, tapi berjuta rasa untuk dirasakan.
Rindu. Suatu hal yang sudah kita rasakan sejak kecil. Rindu orang tua, rindu saudara, rindu kekasih, rindu teman, berjuta kata rindu dapat dirasakan.
Namun, ada satu rindu yang teramat rindu. Puncak dari seluruh kerinduan. Rindu Anak. Suatu hal yang tak dapat dilukiskan dengan kata kata.
Begitu kerinduan akan anak datang, seisi dunia tak dapat menggantinya. Air mata menjadi temannya. Video call, foto, hanyalah obat sementara yang akan datang kembali kemudian.
Rindu, hanya terobati oleh pertemuan. Memeluk mu, mencium mu, bermain dengan mu, melihat tangis mu, melihat tawa mu, melihat tidur mu, melihat langkah mu, secara langsung, itulah obat rindu ku saat ini.
Namun jarak kita sejauh 3.500km tidak memungkinkan itu. Betapa ku harus menahan kerinduan ini. Masih ada sisa 54 hari yang harus ku jalani. Bagi orang ini singkat, tapi bagi ku seperti bertahun lamanya.
Dinginnya malam, dinginnya hembusan angin di musim gugur, menjadi teman malam ku bersama rindu ini. Sungguh rindu ini amat berat. Tapi harus dijalani. Untuk masa depan gemilang.
Nak, sehat sehatlah selalu, bergembiralah selalu, 54 hari lagi, papa mu akan pulang. Semoga membawa kabar bahagia untuk kita. Semua ini ku lakukan hanya untuk mu.
Kan ku bawa selalu rindu ini, yang semakin hari semakin berat.
Angin, sampaikan salam rindu ini untuk anak ku. Bulan, pantulkan selalu cahaya mu untuk malam malam anak ku. Matahari, jaga kehangatan anak ku.
Tuhan, jaga selalu anak ku. Dan berikan selalu kekuatan untuk istri ku. Agar dia bisa terus merawat anak ku. Berikan selalu kesehatan untuk orang tua ku. Agar mereka masih bisa melihat sukses anaknya.
Rindu, akan terus menjadi teman dingin hari ku. Waktu, cepatlah berlalu. Agar kerinduan ini bisa sembuh selamanya.
Taipei, 5 November 2019
Sign up here with your email