Yaak judul postingannya pakai tanda seru hahaha. Kenapa pakai tanda seru? Biar kesannya tegas aja. Jadi ceritanya bermula ketika ikut pelatihan Applied Approach bagi dosen beberapa waktu yang lalu, hampir semua instruktur pasti menyebutkan kalimat yang sama seperti judul postingan ini. Saya jadi tertarik untuk menuliskan artikel ini kenapa memangnya jadi dosen tidak bisa kaya?
Sebelum membahas lebih lanjut, mungkin kita harus definisikan diawal bahwa indikator kekayaan setiap pribadi manusia berbeda. Ada orang yang membuat indikator kekayaan dengan memiliki harta milyaran. Tapi ada juga yang punya indikator kekayaan itu hanya memiliki beberapa harta saja. Nah indikator yang saya gunakan dalam tulisan ini adalah kekayaan yang memiliki harta milyaran, kekayaan dimana seseorang memiliki deretan mobil mewah dirumahnya, memiliki rumah megah ataupun apartemen lebih dari satu, yang intinya kalo kita sebut, kayaa banget.
Indikator tersebut hanya menurut opini saya saja. Dosen tidak akan bisa sekaya itu jika memang pekerjaan utamanya hanya sebagai seorang dosen yang menjalankan tridharma pendidikan yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Mengapa bisa begitu? Ya karna memang pendapatan dosen tidak akan bisa mencapai seperti itu. Eits bukan maksud saya mendahului rezeki seseorang, ini hanya menurut saya dan berdasarkan data yang saya punya.
Adapun data yang saya punya yaitu berdasarkan tulisan yang dipublish oleh pak Dr. Sunu Wibirama [link tulisan], seorang dosen muda tamatan S3 Jepang yang saat ini mengajar di salah satu universitas terbaik di Indonesia, menyebutkan berdasarkan pengalaman pribadinya, rata-rata pendapatan beliau selama sebulan seperti terlihat dalam grafik dibawah ini.
sumber : wibirama.staff.ugm.ac.id
Angka yang dipublikasikan oleh bapak Dr. Sunu akan berbeda-beda menurut pandangan orang terkait besar atau tidaknya angka tersebut sebagai angka penghasilan dosen. Kembali lagi ke definisi diawal terkait indikator kekayaan seseorang. Bagi saya dan menurut saya angka tersebut sudah lumayan besar, tapi dengan beban kerja seorang dosen, angka tersebut memang masih kurang.
Angka yang dimiliki oleh pak Dr. Sunu itu berbeda jauh dengan angka yang saya miliki sekarang. Saya sebagai dosen tetap di sebuah perguruan tinggi swasta di Pekanbaru dan hanya mempunyai pendidikan Strata 2, belum memiliki NIDN, dan belum memiliki jabatan fungsional mungkin hanya dapat mencapai angka gaji tetap bapak Dr. Sunu. Tapi ketika seorang dosen telah memiliki NIDN dan memiliki jabatan fungsional, mereka akan mulai bisa melaksanakan penelitian dan bisa mendapatkan dana hibah penelitian dari berbagai sumber, sudah bisa menjadi dosen Pembimbing Akademis, menjadi dosen pembimbing skripsi, menjadi penguji sidang skripsi, dan lain sebagainya yang tentunya menambah pemasukkan.
Makanya hampir semua instruktur pelatihan dosen yang rata-rata seorang professor berani menyampaikan hal tersebut. Lalu pertanyaannya berdasarkan data dan kenyataan seperti itu kenapa masih memilih menjadi dosen? Mungkin itu pertanyaan yang akan terlintas oleh pembaca untuk saya. Jawaban pertama saya, saya menjadi dosen adalah berdasarkan keinginan saya sendiri dan merupakan pilihan utama dan target saya ketika berhasil menyelesaikan pendidikan S1 saya.
Jawaban yang saya sampaikan ini murni hanya berdasarkan opini pribadi saya. Alasan utama saya kenapa menjadi seorang dosen adalah keinginan terkuat saya untuk dapat terus belajar menemukan hal-hal baru melalui penelitian dan kepuasan dalam hati saya ketika saya berhasil mentransfer ilmu yang saya miliki lewat pengajaran. Dan tentu saja target tertinggi yang ingin saya capai adalah menjadi seorang guru besar. Menjadi dosen adalah sebuah passion.
Masih teringat dalam jelas dalam kenangan saya ketika diwawancarai oleh tim penguji dalam kegiatan seleksi kandidat dosen di kampus saya, pertanyaan yang diajukan oleh tim penguji waktu itu adalah, "kenapa mau jadi dosen?". Dan jawaban pertama saya adalah "saya ingin pintar". Hahaha, langsung tim penguji nya bingung, kenapa jawabannya gitu? Saya jelaskan lebih lanjut ketika itu, menjadi dosen akan membuat dirinya dan orang lain menjadi pintar, dosen dituntut untuk terus belajar, belajar untuk materi perkuliahan, belajar hal-hal baru dalam melakukan penelitian, dan belajar lainnya, dengan terus belajar, maka saya yakin akan terus menjadi pintar.
Saya tergila-gila dengan belajar. Saya jelaskan juga lebih lanjut waktu itu bahwa entah kenapa, dalam diri saya selalu ada kepuasan ketika sehabis mengajar, mahasiswa saya paham dengan materi yang saya ajarkan, saya puas ketika melihat hasil ujian mahasiswa saya nilainya bagus, saya senangnya minta ampun ketika penelitian yang saya lakukan selesai dan berhasil menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah saya, saya merasakan bahwa inilah passion saya. [ketika akan seleksi kandidat dosen dulu, saya juga pernah mengajar menjadi dosen selama 2 semester sewaktu tamat S1].
Sepertinya jawaban saya klise sekali ya hahaha. Tapi memang itu keinginan saya. Sederhana saja. Mengapa begitu? Pernah dengar pepatah "ilmu bisa mengangkat derajat seseorang menjadi lebih tinggi" ? Ya itu salah satu pepatah yang saya anut. Kekayaan, jabatan, keturunan juga bisa mengangkat derajat seseorang, tapi itu semua tidaklah kekal dan bisa luntur.
Lalu pertanyaan selanjutnya memang hidup tidak pakai uang? Ya pakai dong, tapi kembali lagi ke indikator kekayaan yang diawal saya sampaikan. Bagi saya kekayaan tidak harus seperti itu. Ya mau kaya juga pasti, tapi indikator kekayaan saya hanya bisa tercukupinya kebutuhan keluarga saya baik itu sandang, pangan, dan papan, dan anak saya kelak bisa sekolah ke sekolah yang terbaik. Just simple like that. Kekayaan lain yang saya inginkan hanya bagaimana mahasiswa yang saya didik bisa berhasil dan menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa, bagaimana karya-karya buku saya bisa berguna bagi orang lain, bagaimana hasil penelitian saya bisa memecahkan masalah yang ada dan berguna bagi dunia. Sangat menarik bukan? Bisa mendapatkan itu semua sudah cukup membahagiakan hati saya.
Menjadi dosen adalah sebuah pekerjaan mulia yang tidak bisa terukur dengan uang. Nah yang mau jadi dosen, setelah baca tulisan diatas jangan mundur dulu dong jadi dosen hahaha. Bukan itu tujuan saya, tulisan saya belum selesai, tulisan diatas hanya pembukanya. Jika kita semua membaca tulisan yang dipublikasikan oleh pak Dr. Sunu yang saya singgung diatas, saya memiliki sudut pandang yang berbeda. Beliau melihat dari sudut pandang bahwa dengan beban kerja yang banyak harus dilakukan dosen, input nya juga harus sesuai. Saya sangat setuju dengan pendapat beliau tersebut.
Tapi bagi saya, tidak semua hal yang dilakukan itu harus dinilai dengan uang. Bagi yang beragama islam, percaya saja, Allah tidak tidur dan pasti membuka selalu pintu rezeki kita jika kita memintanya. Pekerjaan mulia kita sebagai seorang dosen akan dibalas Allah dunia akhirat, percayalah. Rezeki pekerjaan dosen tidak bisa diukur dengan matematika. Karna akan selalu ada saja rezeki yang datang kepadanya. Ada banyak pintu rezeki yang bisa dikejar dari seorang dosen, tinggal kita saja yang harus mengejar untuk menggapai pintu rezeki tersebut. Ada banyak artikel yang sudah membahas pendapatan dosen bisa dari mana saja. Dan sudah ada banyak juga artikel yang membahas tentang "dosen". Ketikkan saja di google "Dosen tidak bisa kaya" maka terpampang semua tulisan yang sangat enak dibaca terkait profesi dosen ini.
Oleh karna itu mari semua yang ingin menjadi seorang dosen mari luruskan niat. Jangan menjadi dosen dengan tujuan menjadi kaya. Menjadi dosen merupakan panggilan hati. Jadilah dosen yang bercita-cita mampu menggapai guru besar, menjadi dosen yang berhasil menerapkan tridharma pendidikan dengan sebaik mungkin, jika niat kita seperti itu insya allah kekayaan yang akan mendatangi kita. Tidak ada gunanya terus mengeluh dengan keadaan bahwa jadi dosen tidak bisa kaya, kalau kita masih mengeluh seperti itu, berarti pilihan kita sebagai dosen berarti bukan dari panggilan hati. Jalani saja semuanya dengan ikhlas pasti ada balasan dari Allah kelak.
Akhir-akhir ini lagi ramai beredar juga kalimat pak Presiden Jokowi yang berkata bahwa "Pisahkan Agama dan Politik", mungkin sebentar lagi akan ada yang mengkomentari tulisan saya "Pisahkan kebutuhan hidup dengan agama". Hahahaha memang semua tergantung sudut pandang masing-masing. Tapi setidaknya agama tidak akan lepas dari hidup bukan? Kemanapun kita pergi pasti membawa agama, membawa teguh keyakinan agama kita, jadi mengapa tidak boleh menyangkut pautkan sesuatu dengan agama? hehehe.
Intinya, dosen itu pekerjaan mulia, banyak pahala yang bisa didapat. Ya walaupun saya hanya seorang dosen yang masih sangat muda, tapi saya sendiri sudah mulai menikmati keindahan menjadi dosen ini. Rubah indikator dalam jiwa kita tentang persepsi kekayaan, rubah niat dalam hati menjadi dosen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan berguna bagi masyarakat dunia. Menjadi dosen memang tidak kaya, tapi lantas, menjadi dosen tidaklah menjadikan kita miskin bukan? Perhatikan saja beberapa dosen senior kita di kampus, mereka memiliki rumah yang bagus juga, memiliki mobil juga, anak mereka sekolah di sekolah terbaik juga. Yang menjadikan kita kaya itu sebenarnya bukan hanya harta, jika hati kita kaya, berapapun harta yang kita miliki akan terasa kaya juga. Yang terpenting adalah luruskan niat menjadi dosen, maka rezeki akan datang sendiri. Wassalam.
Pekanbaru, 27 Maret 2017
Sign up here with your email