Gak Bosan Liburan di Rumah aja?

Pertanyaan tersebut muncul untuk saya ketika saya dan teman-teman satu kontrakan sedang berdiskusi ringan sambil menonton tv ditemani segelas coklat hangat dan cemilan keripik pisang. Pertanyaan tersebut terlontarkan setelah kami selesai mendengarkan rencana salah satu teman saya terkait liburan yang akan dijalani nya ke salah satu pulau yang terkenal indah akan lautan dan pegunungannya di daerah Indonesia bagian tengah. 


Saya pun hanya menjawab pertanyaan tersebut dengan senyuman sambil berkata, “aku gak punya uang untuk jalan-jalan, lagian aku juga masih bisa ngelakuin hal-hal yang bermanfaat bagi aku sendiri, salah satunya buku yang aku rencanakan buat udah selesai, dan aku bisa dengan santai menyalurkan hobi membaca ku”. Ya memang liburan semester kali ini yang berlangsung lama cukup menyita perhatian teman-teman. Teman-teman kuliah saya yang memang hanya kuliah dan belum bekerja, rata-rata menghabiskan liburan ini dengan jalan-jalan. Mungkin memang benar hanya saya yang selama liburan berada di rumah terus. Perjalanan paling jauh saya selama liburan adalah ke gramedia untuk membeli buku baru. Selebihnya? Hanya berkisar radius 5km dari rumah.

Lalu apa yang saya lakukan terkait mengisi waktu luang ini? seperti jawaban yang saya berikan ke teman saya. Saya melaksanakan rencana saya untuk menyelesaikan buku saya dengan judul “Belajar Mengenali Forensika Digital”. Alhamdulilah buku tersebut telah selesai dan sekarang sudah berada di pihak penerbit. Lalu setelah buku tersebut selesai, saya isi waktu dengan membaca-baca paper untuk mencari ide-ide tesis. Ya walaupun sampai detik ini tidak dapat juga itu ide tesis dan bikin stress, namun tetap ada ilmu yang didapatkan dari membaca paper-paper tersebut. Ketika stress membaca paper, saya habiskan waktu membaca buku-buku yang kebetulan saya beli di gramedia diawal liburan. Intinya masih banyak hal-hal lain yang dapat saya lakukan untuk mengisi liburan ini dan tidak mesti harus jalan-jalan.

Kemudian diskusi berlanjut dan mulai semakin hangat, lantas teman saya kembali bertanya. “Memang uang mu kemana dik? Uang kita sama, dan aku bisa nabung dari uang aku untuk ganti handphone, pergi jalan-jalan ke beberapa tempat, dan sekarang akan pergi ke pulau nan indah di Indonesia bagian tengah”. [pertanyaannya ya gak gitu sih, tapi lebih kurang seperti itu lah].

Saya berpikir sejenak, lalu saya juga ternyata baru sadar kemana uang saya habisnya. Setelah dihitung-hitung ternyata uang yang saya habiskan dan uang yang teman saya habiskan untuk fashion dan kebahagiaannya sama. Jika teman saya untuk mengganti handphone dan pergi jalan-jalan, saya menghabiskan uang yang saya simpan sedikit-sedikit untuk mengikuti seminar-seminar. 

Seminar pertama yang saya ikuti yaitu seminar terkait seminar forensika digital dan kaitan hukumnya. Seminar ini saya ikuti dengan membayar biaya 150rb. Kemudian, saya mengikuti acara peresmian Asosiasi Forensika Digital di Jakarta, acara ini saya ikuti karena setelah saya menyelesaikan S2 saya, saya akan menjadi seorang praktisi forensika digital, oleh karena itu dengan terdaftar dan mengikuti acara peresmiannya, saya akan mendapat teman-teman baru yang dapat membantu saya ketika kesulitan di forensika digital dan banyak manfaat lain untuk kedepannya. Biaya yang dihabiskan sekitar 800rb terkait biaya tiket kereta api, makan, dan sedikit jajan. 

Sepulang dari Jakarta, beberapa minggu kemudian saya mengikuti acara Hacking & Digital Forensic Exposed (hadfex) Conference. Seminar ini saya ikuti dengan biaya 400rb dan itupun sudah dapat diskon karena mahasiswa forensika digital UII. Setelah mengikuti hadfex, beberapa minggu kemudiannya, saya mengikuti acara Workshop Forensika Suara yang diadakan di bandung. Workshop ini sendiri memang gratis, tapi karena berada di luar kota tentu membutuhkan biaya. Biaya yang dihabiskan lebih kurang 1juta. Wah banyak ya biaya ke bandung, memang agak banyak sih, soalnya dihari terakhir sebelum pulang, saya dan teman-teman yang mengikuti acara workshop tersebut pergi jalan-jalan ke trans studio bandung, tapi itu juga hanya memakan biaya 170rb.

Jika dihitung-hitung dengan pengeluaran teman saya yang mengganti handphone dengan budget 700rb kemudian biaya jalan-jalan ke pulau Indonesia bagian tengah lebih kurang 1jt 500rb maka totalnya 2jt 200rb. Lalu dengan biaya “jalan-jalan” nya saya 2jt 350rb. Lebih kurang sama kan? Jadi itulah jawaban saya ke teman saya.

Yang berbeda disini hanya prioritas uang tersebut dihabiskan kemana. Dan teman saya tidak salah kok jika menghabiskan uangnya untuk jalan-jalan karena memang itu uang dia toh, dan juga lagian mumpung ada di Yogyakarta, dekat kemana-mana, kalau sudah di pekanbaru mah pasti biaya bisa membengkak hingga 4x lipat untuk jalan jalan kesana.

Namun bagi saya prioritas saya disini memang bukan untuk jalan-jalan. Tujuan saya disini untuk belajar, jadi saya lebih suka menghabiskan uang saya untuk mengikuti acara-acara seminar ataupun workshop yang bisa menambah ilmu dan wawasan saya sendiri. Dan saya tidak salah juga lho, mumpung di Yogyakarta juga, kalau sudah di pekanbaru mah gak akan mungkin bisa ikut seminar ataupun workshop yang ada di pulau jawa lagi, pastinya sangat mahal biaya dari pekanbaru.

Dan saya juga tidak munafik dengan sok-sok terlalu belajar. Saya juga jalan-jalan disini, tapi versi iritnya dan bisa dihitung berapa kali pergi jalan-jalannya. Itupun sekitaran yogya aja dan pergi karena terpaksa di ajak teman-teman. 

Demikianlah curahan hati saya yang entah kenapa tangan begitu gatal untuk menulis cerita.

Yogyakarta, 22 Februari 2016

Previous
Next Post »