Refleksi 2020 [1]

Saya kira 2019 merupakan tahun yang berjalan dengan cepat. Ternyata 2020 berjalan luar biasa cepat. Saya merasakan baru kemarin Januari, tau-tau sudah Desember lagi. 2020 dijalani dengan perjuangan yang begitu berat, pengorbanan, perubahan kebiasaan, pokoknya semua sangat berbeda dari sebelumnya. Melanjutkan kebiasaan tahunan, saya coba merefleksikan satu tahun 2020 dalam tulisan ini. Refleksi 2020 akan saya bagi menjadi 2 tulisan. 


Kita mulai dari Januari 2020. Di bulan ini, saya disibukkan dengan pengurusan Visa saya dan keluarga untuk keberangkatan ke Taiwan. Terutama diawal Januari. Pengurusan SKCK, medical checkup, vaksin MMR, tiket pesawat, dan persiapan kebutuhan lainnya. Selain itu, karena ini adalah bulan terakhir di Indonesia, saya dan istri memutuskan pulang ke rumah orang tua masing-masing. 

Setelah pengurusan visa selesai, kami memutuskan ke rumah mertua saya dulu. Beberapa hari disana, kami lanjutkan ke rumah orang tua saya. Dibulan ini juga, Revan untuk pertama kali dipangkas "botak". Dan ternyata malah mirip banget sama Raffa, anak kakak ipar saya. Papanya juga ikutan pangkas botak buat solidaritas. 

Hampir setiap harinya dibulan Januari kami habiskan malamnya makan diluar. Karena setelah ini, akan butuh waktu bertahun-tahun kemudian baru bisa merasakan nikmatnya makanan seperti ini. Dibulan ini juga, saya memutuskan menjual sepeda motor saya, yang telah menemani saya 8 tahun. Menemani saya dari Pekanbaru sampai Yogya. Berat hati untuk menjualnya, tapi karna sangat butuh uang untuk keberangkatan dan juga tidak akan terpakai, akhirnya harus merelakan.

Revan botak

Bulan Februari, merupakan bulan keberangkatan kami ke Taiwan. Tepat 9 Februari, kami berangkat menuju Taiwan. Meninggalkan Indonesia untuk 4-5 tahun ke depan. Entah kenapa, biasanya saya sangat excited untuk menempuh petualangan baru seperti ke Pare dan ke Bandung. 

Kali ini hati saya begitu berat. Rasa tidak ingin meninggalkan Indonesia. Karna saya tau, petualangan baru kali ini benar-benar akan berat. Yang saya sendiri tidak tau apakah sanggup atau tidaknya. Momen keberangkatan begitu mengharukan. Dengan diantar seluruh keluarga besar, berangkatlah kami dengan Bismillah menuju Taiwan.

Hari-hari pertama di Taiwan terasa begitu berat. Adaptasi terasa begitu pilu. Mulai dari makanan yang tidak cocok, sampai ke suhu yang saat kami tiba masih dibawah 10 derajat. Untuk tubuh yang dari kandungan merasakan suhu 34 setiap harinya, harus menghadapi dibawah 10 itu beratnya minta ampun, apalagi tidak ada heater. Mau beli, uangnya takut gak cukup. Akhirnya ditahan-tahankan. Februari ini juga kami mencoba explore beberapa wilayah Hsinchu. Tapi gak begitu banyak, karena kami tidak tau jalan, hanya menghandalkan bus, dan kaki.

Hari-hari Revan di Taiwan

Bulan Maret, merupakan bulan awal perjuangan di NCTU dimulai. Perkuliahan sudah mulai aktif. Dan saya juga sudah memutuskan untuk memilih Prof. Ying-Dar Lin sebagai advisor saya. Pertemuan pertama saya dengan beliau tidaklah berjalan seperti bayangan saya. 

Begitu banyak kekurangan yang saya miliki. Tidak bisa ini, itu, bahkan bahasa Inggris saya juga masih tidak lancar. Dengan berat hati, Prof Lin masih mau menerima saya. Dengan syarat, 1 semester saya harus sudah mengejar ketinggalan saya tersebut. Kalau tidak, saya harus bersedia keluar dari lab beliau. 

Perkuliahan juga berjalan dengan begitu berat. Satu kesalahan saya di bulan Maret adalah terlalu santai. Saya kira sudah rajin, ternyata masih belum ada apa-apanya. Di bulan Maret saya masih cuma senin - jumat ke Lab nya. Di bulan ini juga saya mendapatkan nilai mid-term exam hanya 59 yang membuat saya meragukan diri saya apakah bisa bertahan di Taiwan atau tidak.

Revan di Maret mulai suka climbing

Bulan April, merupakan bulan dimana saya berada dititik terendah dalam hidup saya. Bahkan lebih rendah dari momen ketika saya bingung tesis S2, dan lebih rendah dari momen ketika saya harus berhenti kerja dari UPT-TKP Dinas Pendidikan. 

Di bulan ini lagi-lagi saya mendapatkan nilai mid-term exam dari matakuliah lainnya yang sama mendapatkan 59. Di bulan ini juga saya kena "semprot" habis-habisan oleh Professor karena saya tidak bisa mengatur waktu dengan baik. Saya sampai menangis menelpon orang tua saya dan bilang bahwa saya seperti tidak sanggup lagi kuliah di NCTU. Tapi disetiap gelapnya kehidupan, akan selalu ada secercah sinar harapan. 

Istri yang selalu mensupport saya, orang tua yang selalu menyemangati saya, dan Professor saya yang memberikan nasihat terbaiknya dan mensadarkan saya dari lamunan hidup saya 2 bulan ke belakang. Saya begitu bersyukur, Professor saya mau memberikan nasihat dan membagi cerita masa lalunya bagaimana dia menghandle semua situasi.

Dibulan ini juga kami melaksanakan Ramadhan pertama di luar negeri. Tanpa Bazar Ramadhan, tanpa keramaian Tarawih, tanpa semuanya. Bahkan suara Azan juga tak pernah ada. Benar-benar merasakan Ramadhan sepi yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Benar-benar Ramadhan di Indonesia itu luar biasa.

Revan di April mulai suka Ice Cream
Revan main ke Lab Papa pertama kali

Bulan Mei, dimana titik kehidupan saya mulai berangsur baik. Perubahan kebiasaan, semangat yang lebih giat, dan lebih mendekatkan diri ke tuhan menjadi titik balik semuanya. Nilai matakuliah saya berangsur mulai membaik, di Lab juga saya sudah mulai bisa mengikuti progress. 

Di bulan ini juga kami merayakan Idul Fitri pertama kali di luar negeri. Tanpa mudik, tanpa sungkeman ke orang tua, tanpa lontong lezat buatan wawak. Untuk merayakan Idul Fitri, saya dan istri memutuskan berjalan-jalan ke pusat kota, melihat-lihat keramaian. Hanya itu. Sungguh, Idul Fitri yang begitu sepi. Di bulan ini juga untuk pertama kali Revan potong rambut di Taiwan. Dan Mama nya Revan yang jadi Hair Stylist nya langsung hahaha.

Hari Raya Idul Fitri ke Downtown
Hasil potongan rambut by Mama

Bulan Juni, tanpa terasa sudah berada di penghujung semester. Di bulan ini sibuk persiapan Final Exam. Detail mengenai situasi diakhir semester, ada di tulisan ini. Di pertengahan bulan, karena sudah libur semester, saya dan istri memutuskan pergi jalan-jalan. Kami ke Nanliao, pelabuhan yang ada di Hsinchu dan menikmati Sunset disana. Begitu indah. 

Setelah ke Nanliao, diakhir bulan Juni, kami memutuskan jalan ke Taipei. Ini perjalanan pertama ke Taipei bagi Revan dan istri saya. Pertama kalinya bagi mereka merasakan naik MRT. Sebenarnya waktu itu duit juga pas-pasan. Tapi gak apa deh, sesekali, ini juga jalannya pakai duit simpanan THR. Hahaha. Satu kejadian lucu pas di MRT, karena lagi padatnya MRT, akhirnya kami cuma bisa berdiri, gak dapat tempat duduk, nah setelah beberapa stasiun, akhirnya dapat tempat duduk, eh tapi begitu duduk, ternyata dipanggil teman, kalau kita harus berhenti disini. Akhirnya dapat tempat duduk yang sia-sia. Hahaha.

Revan di Nanliao
Revan di Taipei

Oke selesai refleksi 1 semester di tahun 2020. Nantikan refleksi semester kedua di tahun 2020 nya ya.

Hsinchu, 8 Januari 2021
Latest
Previous
Next Post »