Kenapa sih kok ngeyel banget bawa keluarga, padahal kan udah tau duit nya gak akan cukup, apalagi beasiswanya cuma segitu? Yakin? Ini luar negeri lho. Begitulah kalimat-kalimat yang keluar dari beberapa kolega ketika mengetahui rencana saya untuk membawa langsung keluarga ke Taiwan untuk menemani saya melanjutkan S3. Mereka tidak salah. Mereka cuma peduli, uangnya jelas gak cukup kenapa dipaksain.
Saya juga ngeyel sih memang. Tau kan artinya ngeyel? Keras kepala gitu lho. Udah dibilangin masih juga dilakuin. Hahaha. Tapi saya punya alasan sendiri kenapa ngeyel. Walaupun saya tau uang nya gak cukup. Biaya hidup minimal untuk bawa keluarga ke Taiwan itu 22000 NTD. Itu udah minim betul. Tapi beasiswa saya cuma 12000 NTD. Ditambah sisa gaji dari kampus tempat saya kerja 3000 NTD. Berarti total nya masih kurang. Terus piye bos? Kok berani juga?
3 tahun lalu, sebelum saya meminang istri saya dengan Bismillah, saya sudah punya tekat. Tidak mau pisah dengan istri dan anak saya untuk jangka waktu lama. Saya tidak ingin kejadian yang menimpa saya sewaktu kecil dulu terulang ke anak dan istri saya. Ayah saya seorang Tentara. Yang mengharuskan beliau menomor-satukan tugas militernya. Entah sudah berapa kali beliau harus pergi tahunan meninggalkan kami. Pun, ketika sudah tidak ada operasi militer ke hutan-hutan ataupun perbatasan negara, tetap ayah saya harus menempuh perjalanan jauh, pulang sekali seminggu menuju tempat bertugasnya. Sungguh, pengalaman yang sangat menyedihkan. Saya tidak menyalahkan Ayah saya, karena ini memang bukan maunya. Tapi tuntutan profesi. Oleh karena itu, saya tidak ingin seperti itu.
Saya mau tetap teguh dengan tekat saya itu. Bagi saya, biarlah susah kurang duit, tapi istri dan anak selalu ada disisi saya. Alhamdulillah, Allah selalu berada disisi hamba nya. Allah selalu ada untuk menolong saya, padahal saya bukanlah seorang hamba yang termasuk ke dalam kategori "taat level dewa". Selalu ada pertolongan Allah untuk saya menjalankan tekat saya ini.
Pada akhirnya, saya selalu memaksakan apapun kondisinya untuk bisa selalu bersama dengan istri dan anak saya.
2017, ketika saya harus berangkat ke Kampung Inggris di Pare, Kediri, saya juga ngeyel membawa istri yang sedang hamil 2 bulan, dengan kondisi keuangan pas-pasan. Kalau diingat, tidak mungkin bisa bertahan di Pare, harus membayar biaya kursus puluhan juta, biaya hidup, harus nabung untuk lahiran, tapi pada kenyataannya, semua terlewati dengan baik.
Semua biaya kursus ada, hidup di Pare tidak pernah kekurangan, bahkan pulang dari Pare masih bisa bawa tabungan puluhan juta. Duitnya dari mana? Yang jelas bukan ngepet. Entah bagaimana bisa, selama berada di Pare, bisnis online saya meledak meletup. Omset yang dulu mau mencapai 1 jutaan sebulan saja ngos-ngosan, ketika di Pare bisa sampai puluhan juta perbulan. Dan itu hanya terjadi ketika di Pare. Karena ketika harus kembali ke Pekanbaru, selesai kursus di Pare, saya tidak pernah lagi mendapati omset sedemikian besar. Itu pertanda kalau Allah ada disisi saya. Memberikan pertolongan yang luar biasa.
* foto ketika di Kediri (anak saya masih stay di perut istri :D)
Hal ini tidak terjadi sekali itu saja. Tahun 2018, saya harus berangkat ke Bandung. Mengikuti pendidikan IELTS dari Kementerian. Kondisi keuangan saya waktu itu lagi "berdarah-darah". Utang puluhan juta imbas merenovasi rumah tanpa perencanaan. Ketika surat panggilan mengikuti pendidikan datang, saya sempat terpikir untuk mengundurkan diri. Apalagi anak saya masih berumur 3 bulan. Dan saya tidak ingin meninggalkan mereka. Tapi lagi-lagi, istri saya mensupport. Dia berkata "Ayo bang. Insya Allah ada jalan. Ini rezeki Allah. Semua akan dimudahkan Allah".
Dengan penuh keyakinan, kami berangkat ke Bandung. Memang Kementerian memberikan bantuan biaya hidup, tapi itu hanya cukup untuk membayar biaya kos-kosan kami di Bandung. Akhirnya? Sekali lagi. Allah ada disisi kami. Dengan ajaib nya kami melewati 3 bulan di Bandung. Dengan keadaan tidak kekurangan sedikitpun. Bahkan utang puluhan juta tadi, juga bisa lunas.
Lho itu duitnya dari mana? Sekali lagi, secara ajaib, omset bisnis online saya meletup lagi. Memang tidak sebanyak di Pare dulu, tapi itu cukup untuk membantu kehidupan kami. Ajaib bukan? Kalau Allah sudah berkata, siapa yang bisa membantah.
*foto ketika di Bandung
Dua kali mendapat pengalaman ajaib dari Allah, membuat saya dan keluarga berani berangkat ke Taiwan bersama. Karena sekali lagi, saya bukan lelaki "Strong" yang sanggup meninggalkan anak dan istri dalam waktu lama. Pernah saya lakukan itu sekali. 2 bulan meninggalkan mereka karena ikut pendidikan Pra-Doktoral di Taiwan juga. Nanti saya akan ceritakan pengalamannya. Itu pendidikan hampir gagal total. Karena ya saya bukan lelaki strong. Saya ini laki-laki yang termasuk persatuan suami takut istri. Saking takutnya, gak bisa jauh-jauh dari istri.
Jiwa saya serasa hilang kalau harus jauh meninggalkan anak dan istri. Berbekal pengalaman buruk meninggalkan anak dan istri 2 bulan itu, yang membuat saya kapok dan tidak lagi mau melakukannya. Akhirnya dengan penuh nekat, yo wes berangkaaaatt guys.
1 bulan awal di Taiwan masih berjalan lancar, karena duit tabungan (red: duit utangan sana sini) masih ada. Masuk bulan kedua, keuangan hampir habis. Tapi lagi dan lagi, Allah tidak pernah meninggalkan saya. Kali ini Allah salurkan bantuan itu melalui tangan Professor saya. Yang tiba-tiba kasih kerjaan sampingan bersih-bersih gudang. Hahaha. Tidak masalah deh waktu itu. Yang penting duit. Akhirnya dapat tambahan 3000 NTD lagi. Masih belum cukup dari jumlah minimal. Tapi kami tahan-tahankan waktu itu. Irit-irit luar biasa.
3 bulan ke depannya kami lalui dengan berhemat sehemat hematnya. Bahkan mau makan beli ayam, mikirnya berpuluh kali, karena duitnya cuma cukup beli popok anak. Sekadar mau jajan beli Milk Tea ditahan-tahankan. Makan dihemat-hematkan. Memang masih makan 3x sehari. Tapi porsi nya hanya dibuat setengah piring. Biar berasnya cukup.
Di akhir Juni, proyek bersih-bersih gudang selesai. Tidak ada lagi uang tambahan. Bisnis online saya? Sudah seperti toko mati. Tidak ada lagi hp yang terus berdering menandakan ada calon pembeli. Taiwan juga mulai masuk musim panas. Pengeluaran semakin bengkak karena AC harus sering hidup. Bulan Agustus, harus bayar asuransi sekeluarga yang biayanya 15000 NTD. Pokoknya waktu itu sudah hopeless. Benar-benar keadaan yang sangat teramat sulit.
Lagi dan lagi, Allah selalu ada menjadi juru selamat umatnya. Kali ini Allah salurkan bantuannya melalui teman-teman saya. Teman-teman saya terus memberi dukungan untuk saya dan istri membuka catering. Awalnya saya dan istri gak pede. Karena kami gak punya pengalaman itu. Masakan istri saya juga bukan masakan kelas nya Masterchef.
Tapi karena desakan terus dari teman-teman, ditambah kondisi keuangan yang sangat berdarah-darah, kami mencoba memulai membuka catering. 3 Juli adalah hari launching nya catering kami. Kami namai Warung Bang Yana.
Hasilnya? Alhamdulillah. Luar biasa. Antusias yang beli diluar ekspektasi kami. Rata-rata setiap hari ada lebih dari 15 porsi makanan yang dibuat. Hingga akhirnya, kami berhasil keluar dari masalah keuangan yang berdarah-darah tadi. Memang dapatnya gak banyak, tapi alhamdulillah itu semua cukup.
Sekarang sudah mau 4 bulan catering berjalan. Sejak adanya catering, kamipun bisa hidup normal. Normal tanpa pelit-pelit makan. Bisa jajan kapanpun. Anak saya bisa beli apapun. Alhamdulillah. Pokoknya sekarang sudah aman masalah keuangan.
Ditambah lagi, mulai oktober ini, Professor saya mulai memberikan gaji untuk saya. Gaji sebagai Research Assistant dan Teaching Assistant. Yang jumlah gajinya lebih besar dari jumlah beasiswa dari NCTU. Alhamdulillah banget pokoknya.
Sekali lagi, tekat saya untuk terus membawa keluarga kemanapun dibantu Allah. Saya masih bisa bersama keluarga. Semoga Allah terus membantu saya mewujudkan tekat saya ini. Tekat untuk terus membawa hati dan jiwa saya (anak dan istri) kemanapun saya pergi. Karena sungguh, saya hanyalah lelaki cengeng yang tidak mampu terpisahkan oleh anak dan istri saya. Saya tidak setangguh Ayah saya. Terima kasih ya Allah, terus membantu hamba mu ini.
Buat teman-teman, ayo jangan takut bawa istri dan anak menemani kemanapun kita pergi. Karena percayalah, tuhan akan selalu ada untuk membantu kita. Jangan pernah takut. Asalkan kita mau berusaha dan berdoa, selalu akan ada yang namanya keajaiban. Percayalah.
*foto di Taiwan
Hsinchu, 30 Oktober 2020
Sign up here with your email