Lebaran di Hsinchu

Alhamdulillah, tahun ini masih bisa menikmati ramadhan dan lebaran. Lebaran kali ini terasa sangat spesial. Karena untuk pertama kalinya merasakan lebaran di negeri orang, dimana muslim menjadi minoritas dan dimasa-masa pandemik Covid-19. Kali ini, saya mau berbagi secuil pengalaman merasakan lebaran di Taiwan. 

Sudah pasti yang sangat berbeda kali ini adalah, tidak adanya takbiran, tidak ada tradisi mudik, tidak ada tradisi sungkeman dengan sanak keluarga. Lebaran di Hsinchu sama saja seperti hari-hari biasanya. Tidak ada keceriaan, tidak ada obor, tidak ada kembang api, dan pastinya, tidak ada THR, apalagi THR dari Prof,  hohoho.

Pada malam 1 syawal nya, saya memutar playlist takbiran via youtube, untuk mengisi kesepian di malam lebaran. Istri siangnya sudah masak mie ayam khusus untuk lebaran. Rasanya luar biasa lezat. Kalau tradisi keluarga istri, lebaran di rumahnya pasti selalu ada mie ayam, kalau tradisi keluarga saya sih, makan lontong spesial buatan wawak, apalagi tauco nyo, spesial pakai banget. Jangan tanya di rumah, mami saya masak apa. Hahaha. Setiap lebaran pasti cuma beli sate, atau buat lontongnya saja, pernak-perniknya ambil tempat wawak. Soalnya mami gak mau repot, repotnya sudah banyak di rumah wawak.

Pagi hari lebarannya, niatnya sih mau sholat hari raya. Eh ada ya sholat hari raya? Sebenarnya secara resmi tidak ada. Kalau cerita senior disini, tahun-tahun sebelumnya, sholat hari raya digelar di halaman depan perpustakaan kampus seperti foto dibawah ini. Tapi tahun ini, berhubung masih masa pandemik covid-19, acara pengumpulan masa banyak seperti itu tidak diperbolehkan.

Foto halaman perpustakaan kampus. Sumber : nctu.edu.tw

Tapi anak-anak Indo di NCTU sih tetap buat acara sholat hari raya. Pesertanya tidak banyak, cuma sekitar 30 orang. Sholatnya di dormitory anak-anak. Saya rencana nya ikut, tapi gagal total, bisa nya kesiangan. Bangun jam 6. Hahaha. Kalau di Indo sih masih sempat, lah di Taiwan jam 6 sudah mulai sholat. Wong shubuhnya jam 3.40. Akhirnya melewatkan sholat hari raya.

Acara sungkeman kali ini, cuma dilakukan by video call. Sedih sih rasanya, gak bisa secara langsung sungkeman, tapi harus tetap bersyukur. Karena saya masih ditemani anak istri. Masih banyak teman-teman yang lebih sedih karena lebaran hanya bersama teman, tanpa sanak saudara, apalagi istri dan anak (Yang sabar ya bro). 

Selesai sungkeman online, kami memutuskan untuk mengisi hari dengan pergi berjalan-jalan ke downtown atau pusat kota. Ini kali pertama keluar jalan-jalan dan naik bus sejak terakhir bulan maret. Dari maret kemarin, kami memutuskan untuk tidak bepergian dengan bus dulu karena covid-19 semakin menggila. Hampir ditolak masuk bus karena lupa pakai masker. Hahaha. 

Naik bus di Hsinchu ini serasa main togel, kadang kalau keluar nomor togelnya, supir nya ramah luar biasa. sekalinya nomor tidak keluar, kegalakan supirnya mengalahkan galaknya supir medan. Kebalikannya supir-supir bandung. Kalau supir Bndung, wajah sangar, kalau bicara lembut gigi dari pada lidah. Nah supir bus Hsinchu, wajah imut-imut, kalau ngomong kalah orang medan dibuatnya. 

Sampai di Downtown, kami pun berjalan-jalan sebentar. Eh ternyata rame euy orang Indonesia yang juga berjalan-jalan disini. Serasa di Indonesia, karena kemana mata memandang, setiap sudut selalu melihat orang Indonesia. Alhamdulillah jadi sedikit terobati ada rasa lebarannya. Hehhe. Revan terlihat sungguh bahagia, apalagi ketika naik Bus, udah tertidur pas lagi antri bus, eh gitu di dalam bus, sadar, hilang semua ngantuknya. Efek sudah lama gak naik tayo kata Revan.

Mama dan Revan di Railway Station. Papa jadi tukang foto aja ya.

Puas di Downtown, kami pindah ke Big City. Mall terbesar di Hsinchu. Begitu kaget sampai di Big City karena ternyata luar biasa rame nya. Dan social distance lenyap tak berbekas. Begitu rame orang-orang makan berdekatan, antri bioskop. Suasana yang jauh berbeda dengan 2 bulan belakangan ini. Sepertinya warga di Hsinchu sudah merasa aman karena memang sudah hampir 2 bulan ini tidak ada terjadi penularan lokal covid-19 ini.

Di Big City rencana mau beliin Revan mainan mobil-mobilan, tapi mama nya gak bolehin. Mama pelit banget sih memang ini. Kayaknya sifat pelit seorang mama ke anak itu sudah menjadi sifat bawaan ketika seorang wanita menjadi ibu. Padahal kan Revan udah 2 bulan gak beli mainan ya nak. Akhirnya Revan nangis deh dan mama nya tetap "keukeh" gak mau beliin. Mahal kata mama. Hahaha.
Mama dan Revan di Big City. Rame nya luar biasa.

Setelah puas di Big City akhirnya kami pulang. Total 7 jam keluar pergi jalan-jalan. Kaki sudah mau copot dan gemetaran begitu sampai di rumah hahha. Keesokan harinya, sudah kuliah lagi, sudah ngelab lagi, sudah menjalani hari-hari seperti biasanya. Padahal kalau di Indo, seminggu masih libur. Eh ini cuma sehari saja lebaran. Ini syukur hari minggu lebarannya, kalau weekdays? Sudah pasti, tetap kuliah dan ngelab.

Kepada seluruh warga muslim di dunia, Selamat hari raya idul fitri. Minal aidin walfaizin, mohon maav lahir dan batin ya. 

Hsinchu, 30 Mei 2020
Previous
Next Post »